Ini adalah bagian utama dan terpenting dalam sebuah latihan vocal.
Kalian tahu kenapa..? Karena nafas adalah penggerak utama dari suara.
Kuatnya nafas dapat menimbulkan dan menciptakan getaran sebagai sumber
dari pada “ Bunyi “. Dan nafas juga sebagai Vitamin yang paling ampuh
untuk menyehatkan suara. Makanya pernafasan harus dilatih dengan baik
dan teliti.
Dalam bernyanyi, kita mengenal 3 ( tiga ) jenis pernafasan. Masing – masing mempunyai kelebihan dan kelemahan tersendiri:
1. Pernafasan Bahu Yaitu pada saat mengambil / menarik nafas,
dilakukan dengan mengangkat bahu untuk mengisi paru-paru. Cara seperti
ini tidak begitu baik, karena nafas yang dihasilkan dangkal dan
mengakibatkan kalimat jadi terputus-putus.
2. Pernafasan Dada Yaitu dengan membusungkan dada pada saat menarik
nafas untuk mengisi paru-paru. Cara seperti ini juga tidak begitu baik,
karena jadi terkesan cepat lelah dan akibatnya suara jadi tidak stabil
dan terputus-putus.
3. Pernapasan Diafragma Lazim kita sebut dengan pernafasan rongga
perut. Yaitu menarik / mengambil nafas untuk mengisi paru-paru dengan
mengembangkan rongga perut atau diafragma, serta mengembangkan tulang
rusuk. Cara inilah yang terbaik yang dilakukan untuk bernyanyi, karena
akan menghasilkan nafas yang panjang, ringan, santai dan produksi suara
lebih bermutu.
Dengan pernafasan diafargma penyanyi dapat leluasa dalam berekspresi karena tidak ada tekanan dan desakan dalam pernafasan.
Cara melatih pernapasan dalam menyanyi
Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk melatih pernafasan ini, khususnyamelatih “DIAFRAGMA” penyanyi, antara lain:
a. Dengan berdiri santai, badan lurus, sambil meletakkan ujung
jempol jari di ujung tulang rusuk terbawah. Tariklah nafas melalui
hidung dengan cara perlahan atau dengan cepat, dan rasakan bahwa jempol
kamu tadi terdorong kesebelah luar, sebagai reaksi dari melonggarnya
tulang iga. Jika telah terasa penuh, kemudian nafas tadi dikeluarkan
dalam bentuk senandung vocal “a” atau konsonan “s” ataupun dengan
hitungan. Yang jelas bukan dengan cara mendorong, tapi mengeluarkan
nafas sehemat mungkin. Lakukan minimal 20x setiap hari atau setiap ada
kesempatan buat latihan. Ini akan membuat otot-otot perut kamu menjadi
semakin kokoh dan kuat.
b. Dengan posisi tidur terlentang lurus dan kedua tangan diletakkan
sejajar dengan tubuh. Letakkan beberapa benda seperti buku diatas perut
sebagai beban dan tariklah nafas seperti bagian “a” diatas serta rasakan
bahwa beban diatas perut terangkat keatas, juga rasakan tulang rusuk
ikut mendorongnya. Jika telah terasa penuh, keluarkan lagi seperti yang
“a” tadi dan lakukan minimal 20x sehari ato tambahan kapan aja kamu
punya waktu buat latihan. Latihan ini bisa membuat otot perut menjadi
kokoh serta kita pun jadi santai untuk mengucapkan kalimat. Selain itu
juga dapat merubah kebiasaan bernafas yang dilakukan dengan mengangkat
bahu atau membusungkan dada.
Ada juga cara buat nguatin otot perut yaitu dengan tertawa terbahak
bahak , sampai terasa klo perut tergoncang goncang. Tapi klo latihan ini
harus dilakukan dengan sangat hati hati, Pengambilan nafas pada saat
memulai lagu atau awal kalimat lagu dapat dilakukan dengan menarik nafas
melalui hidung dengan santai. Namun jika pada saat bernyanyi atau
ditengah lagu sebaiknya dilakukan dengan singkat atau dengan mendengkus,
seperti kita nyium aroma yang harum atau aroma makanan.
Pada pernafasan yang demikian, kita hanya mengembangkan pernafasan
“alami” yang kita miliki, akan tetapi jika pernafasan alami “naik
turunnya sama” sedangkan penyanyian itu “ menarik nafas dengan cepat dan
mengeluarkannya dengan sehemat mungkin” karena tujuan utama kita adalah
menyelesaikan satu kalimat dalam satu tarikan nafas. Dengan demikian
kalimat yang kita ucapkan /nyanyikan kedengaran indah dan bermutu, tidak
tersendat-sendat.
Frasering [menyanyikan kalimat lagu dengan utuh]
Huruf Vokal dan Konsonan yang disusun menjadi sebuah Kata, dan kemudian
kata disusun menjadi Kalimat. Setelah sebelumnya kita memahami tentang
artikulasi, nah sekarang giliran kita pelajari tentang bagaimana
“menyanyikan kalimat lagu / lirik dengan baik” supaya kalimat lagu
tersebut dapat memberikan, menjelaskan tema dan menyampaikan berbagai
pesan dari sebuah karya kepada pendengar / penonton pada saat bernyanyi.
BERNYANYI adalah menampilkan NYANYIAN / LAGU maka setiap pelaku harus :
1. Memahami arti setiap kalimat yang dinyanyikan.
2. Memahami tujuan/pesan/karakter dari pada nyanyian secara keseluruhan.
3. Menyadari bahwa susunan nada-nada yang ditulis untuk dinyanyikan
adalah suatu kesatuan, artinya tidak terpenggal-penggal dari sudut
susunan melodinya.
Ketiga unsur diatas dipadu menjadi satu, untuk dapat menampilkan :
“Bagaimana membaca kalimat tanpa lagu dan Bagaimana menyanyikan kalimat
lagu tanpa teks”
a. Kalimat bahasa. Untuk menghayati isi kata-kata, perlu juga dipedomani aturan “TATA BAHASA” yang kita miliki untuk mencari :
1. Mana kelompok kata yang merupakan satu kesatuan, yaitu: -bahwa setiap
pemenggalan kalimat harus mengandung arti yang sebenarnya dan
disesuaikan dengan melodi dan irama.
2. Mana kata pokok/thema yang perlu penegasan/penonjolan dan diucapkan
lebih keras kemudian diberi tanda dinamika.
3. Pada bagian kata mana aksen harus dimunculkan atau ditonjolkan.
b. Kalimat musik. Kalimat musik terdiri dari “nada-nada” yang
merupakan “motif” atau “thema” yang mengungkapkan suatu ide musik,
misalnya:
1. Kelompok nada: yaitu dimana ditemukan beberapa nada yang berulang dinyanyikan.
2. Puncak lagu : yang biasanya selalu terdapat pada nada tertinggi pada sebuah lagu.
3. Tekanan nada : yang didalam musik ditentukan oleh irama, dan biasanya terdapat disetiap awal birama.
c. Kalimat yang dinyanyikan. Biasanya terdapat dua bentuk kalimat yang dinyanyikan, yaitu:
1. Nyanyian Recitative : yaitu dimana pernan kata-kata lebih menonjol dibanding dengan peranan melodi.
2. Nyanyian Melismatis: peranan melodi lebih menonjol dari pada melodi,
dan terdapat satu kata yang dinyanyikan dengan serangkaian nada.
Menyanyikan kalimat lagu dengan utuh, tidaklah sesederhana “membaca
kalimat” karena disamping pemahaman arti kalimat yang harus diucapkan
dengan sejelas mungkin karena gangguan-gangguan lain akan timbul pada
saat bernyanyi, karena adanya tanda-tanda dinamika dan lain-lain yang
harus dikerjakan bersamaan dengan pemenggalan kalimat, antara lain:
- Ketidak mahiran dalam pengambilan dan penggunaan nafas selama bernyanyi.
- Adanya istilah-istilah musik yang mendukung sebuah karya pada saat diciptakan, seperti:
1. Legato, yang biasanya menimbulkan pemborosan dalam hal pernafasan
2. Deoresendo dan Oresendo, yang memaksa penyanyi untuk memperluas dan
mempersempit wilayah bunyi pada saat penyanyian dilaksanakan.
3. Staccato, pemenggalan suku kata karena tuntutan melodi yang tidak
dikuasai, tanpa menghilangkan keutuhan kalimat ssecaara keseluruhan.
4. Accelerando dan Rittardando, percepatan dan perlambatan tempo pada
pada satu penggalan kalimat , serta pada puncak nada tertinggi atau
terendah yang berbanding terbalik dengan pernafasan dan persiapan nafas
yang masih tersisa untuk digunakan.
Dari beberapa tantangan dan hambatan yang ada, maka untuk mendapatkan
“frasering” yang baik dan utuh. Keseluruhan aspek/tahapan diatas harus
benar-benar dilatih lebih dahulu kemudian diterapkan “sepanjang
nyanyian” sehingga tujuan “BAGAIMANA MEMBUAT KALIMAT LAGU, MEMBERI ARTI,
dan MAKNA, akan tercapai dengan baik.
Jadi intinya seperti ini, sebelum menyanyikan sebuah lagu ada baiknya
kita tulis dulu liriknya dan kemudian kita perhatikan dimana tempat
tempat untuk mengambil nafas dan dimana huruf-huruf yang boros dengan
nafas. Minimal pemenggalan kata untuk menarik nafas adalah 2 bar.
Contohnya seperti ini : kamu pernah dengar kan lagunya Kerispatih ( Tapi
Bukan Aku ). Lirik pertama, “Jangan lagi… kausesalai… keputusanku”.
Sesimpel yang kamu dengar itu ada dua kali pemenggalan. Tapi itu salah,
kamu harus menyanyikan keseluruhannya dalam satu nafas. Namun untuk
pemula dapat dipenggal menjadi dua nafas” Jangan lagi….- Kausesali…
Keputusanku… ” atau “Jangan lagi… Kausesali… keputusanku…” . Kemudian
kita juga harus paham bahwa ada satu kalimat atau kata yang g boleh
terpotong sama sekali. Coba perhatikan bagian kedua ” Khianati rasa…
Demi kei..nginan semu..” Nah bagian kalimat “Demi keinginan semu” itu
sama sekali tidak boleh ada penarikan nafas dan tidak boleh terpenggal
karena ” keinginan” adalah satu kata. klo terpisah maka kata itu g akan
mempunyai arti.
Demikian deh buat kita pahami, makanya klo seorang penyani itu mempunyai
buku lirik lagu bukan hanya karena dia g hafal, tapi karena Setiap lagu
memang harus dipelajari baik-baik kalimatnya. Juga dari situ kita bisa
paham dengan arti dan makna dari lagu tersebuat sehingga bisa menjiwai
lagunya.
Artikulasi [pengucapan yang benar dan jelas]
Bernyanyi adalah “berbicara” melalui syair lagu yang memiliki
notasi/melodi/irama dan birama, dan didalam syairnya terkandung pesan,
cerita, ikrar dll, yang harus disampaikan kepada penonton/pendengar dan
harus dapat dimengerti apa tujuan dari pesan itu.
Jika kita hanya bernyanyi sendiri (solis) masih dibantu dengan mikrofon,
nah tapi jika bernyanyi lebih dari satu orang, kemudian diiringi oleh
musik tertentu, akan lebih sulit untuk memahami setiap kalimat/kata yang
dilantunkan jika “ARTIKULASI” tidak dilatih dengan baik. Sehingga
penyanyi dan penonton sama-sama tidak dapat menikmati penampilan
penyanyi, karena akan berakibat pada :
- terganggunya keindahan lagu.
- pengertian syair menjadi kabur.
So,, Bagaimana Ngatasinnya???
Sebelumnya kita udah bahas mengenai Vocal dan Konsonan, dan cara-cara
pengucapan sebuah kata / kalimat lagu. Suku kata atau kata, jika pada
saat membaca atau berbicara, memiliki aksen aksen tertentu dan tekanan
pada bagian-bagian tertentu. Maka pada saat bernyanyi, tekanan/aksen
tersebut harus mengacu kepada melodi lagu
Pada saat memulai kalimat lagu, yang menjadi perhatian kita adalah
“huruf” apa yang pertama diucapkan, sehingga penyanyi dapat
mempersiapkan ‘ucapannya”sesuai dengan cara pengucapan masing masing
huruf. Karena jika tidak demikian, ucapan itu menjadi tidak jelas,
karena terburu-buru untuk mengucapkannya
Harus diperhatikan beberapa konsonan, yang jika diucapkan akan
mengakibatkan pemborosan pada “nafas” misalnya konsonan [H] dan konsonan
[S]. Jika kedua konsonan ini ada pada saat awal lagu, upayakan segera
menutupnya dengan “vocal” yang mengikutinya. Demikian juga jika kedua
konsonan ini ada ditengah kalimat lagu, akan lebih merepotkan karena
tujuan kita untuk menyambung kalimat lagu menjadi terganggu.
Jika pada awal lagu dimulai dengan huruf “VOCAL”, misalnya INDONESIA
RAYA dsb, Harus diupayakan agar “vocal” ini diawali dengan konsonan
tertentu, misalnya dengan konsonan [M, N atau H] agar tidak terkesan
meledak pada saat mengucapkannya.
Memberikan perhatian khusus pada pengucapan beberapa konsonan yang hampir sama, antara lain:
a. antara M dan N serta NG
b. antara G dan K
c. antara T dan D
d. antara B dan P, yang hanya dibedakan oleh besar kecilnya ledakan yang dicipyakan pada saat mengucapkaannya.
Menyambung kata dan suku kata, menjadi satu kesatuan yang diucapkan
denga mengalir, khususnya jika terdapat dua konsonan sejajar atau
berdekatan. Jangan sampai salah satunya tertinggal atau tidak
terucapkan.
Bila satu kata ditutup dengan huruf nasal/sengau, maka sebaiknya
konsonan sengau tersebut diucapkan secara singkat pada saat akan
mengakhiri kalimat, atau sejenak menjelang awal istirahat berikutnya.
Dengan kata lain, penahanan bunyi diberikan pada vocal yang
mendahuluinya.
Berhati-hati lah dengan konsonan semu, yang timbul pada saat memulai
kalimat atau mengakhiri kalimat yang disebabkan oleh beberapa faktor,
agar dihindari dengan baik. Misalnya pada pengucapan :
a. besok menjadi mbesok
b. sebab menjadi sebabh
Konsonan R, M, N, dan NG serta beberapa konsonan lainnya yang menutup
kata, sering tidak terdengar diucapkan, khususnya pada ending lagu.
Jangan menutup bunyi sebelum konsonan ini terucapkan dengan benar.
Misalnya :
- dengan menjadi denga
- lahir menjadi lahi
- bersyukur menjadi bersyuku
dst
Adanya huruf dipotong atau umlaud, yaitu dua buah vocal yang berdekatan,
misalnya : AU-OE UI-AI dst, seharusnya tidak dipisahkan mengucapkannya.
Akan tetapi harus disambung dan ditekan/aksen diberikan pada vocal
pertama, sedangkan vocal berikutnya hanya melintas saja, yang ditandai
dengan pergeseran alatartikulasi pada saat mengucapkannya.
Vocal yang dinyanyikan dengan beberapa notasi yang biasa disebut
“legato” harus dijaga agar keutuhan & keberadaan setiap nada tetap
terdengar dengan jelas. Untuk mengatasinya dapat dilakukan dengan
menambahkan konsonan “H” secara samar-samar (tidak terdengar keluar)
pada setiap perpindahan nada
source : http://makalah-perpustakaan.blogspot.co.id/2012/12/macam-macam-olah-pernapasan-teknik-vocal.html